Menu
Teguh Indonesia

Catatan Akhir Tahun ; KAMMI Daerah Kota Yogyakarta




Oleh: Teguh Estro

            27 Juni 2012, di ruang Cholid Mahmud Center, Warung Boto Yogyakarta. Akh Arip Dwi Iskandar S.S (Ketua Umum PD KAMMI Kota Yogyakarta 2011/12) menggelar MUSDALUB (Musyawarah Daerah Luar Biasa). Sore itu beliau mengutarakan permohonan maafnya hendak menyudahi kepengurusan beliau. Pasca rampungnya amanah akademik, mantan Presiden Partai PAS itu sudah lama berniat hengkang dari Kota Yogyakarta. Hingga akhirnya saat itu dirasa waktu yang tepat untuk mengalihkan kepemimpinan KAMMI Kota Yogyakarta. Dan suasana musyawarah pun mengarahkan untuk melakukan Votting. Ada 3 orang AB III kandidat yang dicalonkan oleh beliau. 1. Akh Faturrahman S.EI (Kadep Kaderisasi), Akh Teguh Eko Sutrisno (Kadep Kebijakan Publik) dan Akh Mizan Abrory S.Pd. Hingga menjelang gelapnya langit terpilihlah Akh Teguh Eko Sutrisno sebagai ketua KAMMI Kota Yogyakarta yang baru.

            Dalam kepengurusan yang baru, Pengurus daerah memiliki komposisi pengurus sebagai berikut. Ketua; Teguh Eko Sutrisno, Sekjend; Taufik Septianto S.Far, Apt, Bendahara; Desi Norita Pratiwi, Kestari; Mizan Abrory S.Pd (AB III), Kaderisasi; Suri Akrmaini S.T (kadep), Diah Arum Muzayyanah, Titis Sumunaringtyas, Nasrullah. Kebijakan Publik; Agus Purnomo (kadep), Meki Pranata S.Far, Apt, Maulana, Robert Edy Sudarwan S.Pd, Dharma Setyawan S.Ei. Sosmas; Ellya Noor Farida (Kadep), Febri Nugroho Muji Raharjo S.T. Humas; Rizki Amanah (kadep), Susanti, Pengkom; Yunis Arifah (kadep), Catur Wahyuningsih, Rian.

            Visi yang diusung kepengurusan baru ini melanjutkan visi sebelumnya, yakni “Mewujudkan Radikalisasi Gerakan”. Dalam kondisi lapangannya Akh Teguh dkk mencoba untuk mematangkan internal pada semester pertama dan melejitkan eksternal di paruh kedua. Sehingga ada dua departemen yang digenjot berjalan sedari bulan Juli – desember, yakni Pengkom dan Kaderisasi. Berjalan sih, awalnya. Dan semoga istiqomah di paruh kedua.

Kaderisasi mencoba menyukseskan adanya MK II teruntuk AB II komisariat. Dan Alhamdulillah terbentuk 3 kelompok dipandu oleh 3 AB III. Yakni Akh Teguh Sendiri, AKh Mizan dan Ukh Endang Aguna Dewi. Sudah berjalan 3 kali pertemuan sampai bulan desember. Kendatipun di lapangan terseok-seok oleh kesibukan masing-masing. Sampai akhirnya terjadi dua kali MK II Gabungan. Perama mengundang pak Yusuf Maulana di angringan timoho. Kali keduanya silaturahim di kediaman ust Tulus Mustofa Lc, MA. Departemen yang dinahkodai akh Suri Akramaini S.T juga mengagendakan beberapa kali bedah buku MANTUBA AB-II. Kesempatan pertama dibersamai oleh bang Syafaat S.HI membedah buku Siyasah syar’iyah, kesempatan kedua membedah buku Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin oleh Ukh Endang Aguna Dewi.

Pengkom, Pengembangan Komisariat termasuk salah satu andalan di semester awal kepengurusan. Ukh Yunis Arifah dalam kepengurusan ini harus keluar dari pakem yang biasanya. Beliau cukup fokus melakukan ekspansi di kampus-kampus biduk (UST, AKPRIND, APMD, SSG). Beberapa kali pertemuan yang diawali perjumpaan di gedung Cholid Mahmud Center antara Pengkom, Kaderisasi dan beberapa kader di kampus biduk. Akhirnya menghasilkan keputusan pengadaan ragam pertemua di kampus-kampus biduk. Awalnya diadakan di kampus Stikes Surya Global, cukup ramai pesertanya. Sore itu akh Teguh menjadi pembicara terkait Sejarah Gerakan KAMMI. Berikutnya diadakan di kampus AKPRID dengan pembicara ukh Tities Sumunaringtyas tentang Ghazwul Fikri. Ketiga kalinya digelar di kampus UST (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa) dengan pembicara akh Taufik Septianto S.Far, Apt. Pertemuan keempat ukh Yunis dkk berkunjung ke kampus UST lagi di fakultas pendidikan. Berikutnya menyambangi Akh Wedi dkk di kampus APMD serta yang terakhir di kampus AKPRIND. Target besar departemen pengkom yakni menginisiasi komisariat baru. insyaAllah Januari esok sudah bisa terealisasi.

Kestari, di awal ke pengurusan memiliki program yang tidak muluk-muluk. Yakni pengadaan sekretariat serta perpustakaan buku MANTUBA AB-II. Akh Mizan Abrory S.Pd sebagai pengampunya pada bulan November akhir mendapatkan lokasi di perumahan masjid Sultan Agung. Dan sementara sampai saat ini disanalah tempat syuro pengurus harian. Dan yang belum terlaksana yakni terkait perpustakaan MANTUBA AB-II.

 Konsolidasi Eksternal Persiapann Semester II

Perjalanan departemen-departemen eksternal telah tampak sedari awal. Pada awal-awal kepengurusan kita menggelar aksi besar di tengah kota Yogyakarta. Aksi solidaritas Rohingnya, ratusan pesertanya lintas organ (KAMMI, HMI, IMM, LDK, ROHIS, BKPRMI, MMI dll). Dan akh Agus Purnomo mendapat amanah sebagai koordinator lapangannya. Perjalanan berikutnya sempat hendak menggagas daurah siyasi. Hanya saja kendala waktu yang menjadi penghalang sampai saat ini.

Pada pertengahan bulan November akh Teguh menginisiasi syuro khusus komisi eksternal. Antara lain Sosmas, Humas dan KP. Dalam pertemuan di CMC ini bermunculan varian gagasan. Sampai pada akhirnya muncul ide pengadaan Pelatihan entrepreneur berbasis masyarakat kota. Dan sebagai leading sectornya adalah departemen Sosmas. Ukh Ellya Noor Farida dengan lekas membentuk tim GEMPAR (Gerakan Masyarakat dan Pemuda Berkarya). Sedangkan presiden tim nya adalah akh Febri Nugroho Muji Raharjo S.T. Sudah 4 – 5 kali mengadakan konsolidasi tim. Mulai pembahasan konsep hingga prakarsa teknis di lapangan.

Pada semester pertama ini pula atas nama KAMMI Daerah telah mengupayakan kunjungan ke ranah eksternal. Awal bulan Desember rekan-rekan siaturahim ke kediaman pak Chang S.H Ketua Komisi A DPRD Kota Yogyakarta. Kemudian dua pekan berikutnya berkunjung ke meja redaksi harian TRIBUN Jogja.

Oleh: Teguh Estro             27 Juni 2012, di ruang Cholid Mahmud Center, Warung Boto Yogyakarta. Akh Arip Dwi Iskandar S.S (Ket...
Teguh Estro Senin, 31 Desember 2012
Teguh Indonesia

Menalar Sejenak



Oleh: Teguh Estro*



            Baiklah, mengaku sajalah. Ini kali pertama penulis membuat tulisan melankolik. Terpaksa, ‘genre’ perlawanan yang biasanya menjadi pakem beropini, menyisih sudah. Hanya saja, ada semacam keganjilan menilik kaum muda akhir-akhir ini. Kehadiran mereka sungguh menyedihkan laiknya kembang api di pasaran. Mengudara dengan ledakan ringan, setelah itu terlupakan dan merana. Sungguh esensinya hanyalah sejenis benda peledak, serupa (walau beda kelas) dengan bom atom. Kendati tidak adil juga andaikan mengambil peledak yang sudah merobek kota lumbung pangan (Hiroshima & Nagasaki) sebagai pembanding.

            Dalam hal ini mari kita mengarahkan fokus pada pembahasan kaum muda yang bernaung di kampus. Langsung saja, mahasiswa sebenarnya tidak ada perubahan pada ‘wajah lamanya’ seperti  dahulu. Dengan varian kelasnya, mereka tetap melakukan aktualisasi dengan caranya masing-masing. Lihatlah aktivis pergerakan, tetap eksis dengan aksi demonstratsinya. Begitupun rekan-rekan akademisi, lebih berpacu mencari terobosan-terobosan. Sama halnya mahasiswa yang menyalurkan potensi dan bakat baik di bidang olah-raga, olah-vokal ataupun olah-rupiah. Akan tetapi dalam pandangan subyektif penulis, serasa ada yang kian ditinggalkan oleh kaum muda dan Mahasiswa. Yakni kemampuan ‘menalar sejenak’. Semoga tulisan ini membantu kita untuk menalar sejenak.

            Mahasiswa terlalu mudah meledak-ledak, kendatipun mudah pula dilupakan sejarah. Secara nalar, petasan dengan berbahan ledak ringan, murah-meriah dan asal-asalan memang begitulah. Kontras dengan bom atom (a-tomic bomb) yang berdaya ledak jutaan ton TNT. Jenis ini diramu dari zat uranium dalam kurun yang tidak (boleh) sebentar, biaya super mahal serta melalui banyak uji coba. Dan hasilnya spektakuler, sebuah ledakan yang berimbas jauh sampai ke masa depan. Lantas mahasiswa? Mereka sangat mungkin berdentum hebat melalui gagasannya. Sebut saja Mohammad Hatta, ‘bapak koperasi’ kita. Ia salah satu pendiri bangsa yang berciri khas ide-idenya begitu melampaui zaman. Koperasi, KMB dan demokrasi parlementer adalah hasil gagasannya yang terlihat saja. Silahkan mengagumi itu, tapi seyogyanya kita lebih angkat topi terhadap proses tempa-diri seorang Hatta. Tentu saja penempaan dalam kurun yang tidak (boleh) sebentar, biaya super mahal serta melalui banyak uji coba. Wakil presiden pertama Indonesia ini memiliki sikap tenang dan sangat hati-hati. Ia mungkin pemikir paling logis dan paling luas bacaannya di antara para tokoh nasionalis sebelum perang kmerdekaan.

            Mohammad Hatta, Muda, Mahasiswa Paling Lama.
            Sejak berusia 16 tahun, sosok kelahiran kota Bukit Tinggi ini telah dipercaya sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimba pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke RotterdamBelanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus).

            Selama 11 tahun menetap di negeri kincir, ia mempergunakan kesempatan untuk memperluas pengetahuannya, membaca masalah-masalah politik dan sosial mutakhir, serta menguasai teori marxis yang saat itu menarik seluruh cendekiawan Eropa. Ia juga terlibat dalam perdebatan politik dengan tokoh sosialis (dan komunis) Eropa. Sehingga turut membentuk nalar-ideologisnya. “…Hatta merupakan pembaca yang ulung. Sampai ada anekdot, bahwa istri utamanya adalah buku, keduanya, juga demikian, sedangkan yang ketiga, adalah Siti Rahmi. Kecintaannya pada buku tertanam begitu kuat. Sepanjang hidupnya Hatta  akhirnya mampu mengoleksi puluhan ribu buku dan menjadi salah satu sumber informasi paling berharga untuk memotret perjalanan bangsa ini…” (Agung Baskoro : 2011)[1]
           


[1] Agung Baskoro (Pemenang The Next Leader Indonesia versi Metro TV-Lead Institute Paramadina tahun 2009)

Bacaan:
Artikel John Ingleson dengan Judul Mohammad hatta Cendekiawan, Aktivis, dan Politikus
Artikel Agung Baskoro dengan judul "Bacalah!"



Oleh: Teguh Estro*             Baiklah, mengaku sajalah. Ini kali pertama penulis membuat tulisan melankolik. Terpaksa, ‘...
Teguh Estro Minggu, 30 Desember 2012