Oleh : Teguh Estro
Bagi kawan-kawan yang tengah menggeluti Indonesia's Studies pasti kerap mendengar istilah 'darurat' di negeri ini. Misalnya Indonesia Darurat Narkoba, Darurat Impor, Darurat korupsi, Darurat Kesenjangan ekonomi, kalau akhir-akhir ini muncul juga Darurat Pelakor (Perebut Laki orang) dan masih banyak lagi.
Kita gak mau berasumsi yang aneh-aneh soal multi darurat di Republik ini. Namun setidaknya fenomena ini mengirim sinyal pada kita bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki.
Kawan-kawanku, sungguh aneh bila di tengah negeri yang multi darurat ini kita masih bingung untuk mengambil peran. Sesekali cobalah merenung tujuh hari tujuh malam, gunakan mata batin dan kejernihan pikiran. Perhatikan fenomena, gejala atau problem sosial di sekitar kita lalu kita belajar dan berusaha untuk menemukan satu saja solusi sederhana dan digerakkan secara konsisten. Contohnya, jika elu resah sama narkoba di sekitarmu yang sudah merusak anak-anak sekolah. So, hajar aja gaes. Bilang sama tu Narkoba, “jangan cari gara-gara di kampung gue”. Trus caranya gimana?
Langkah pertama jadilah pendengar yang baik, temukan informasi dari berbagai pihak. Kita gak harus mendadak jadi detektif juga. Ya mungkin cukup dengan 'nguping' dan banyak ikut pengajian emak-emak jaman now. Langkah kedua adalah how to use data. Jadi gini, informasi yang kita dapat adalah senjata yang tak main-main. Sekarang tinggal bagaimana menggunakan data tersebut. Kita bisa sekedar menyebarkan informasi itu agar menjadi bola salju yang menggelinding suatu saat nanti. Bisa juga kita gabungkan informasi yang bervariasi agar menjadi cerita yang mampu menggerakkan orang lain. Misalkan, ada informasi jumlah pengedar narkoba ada sepuluh orang, lalu ada juga informasi jumlah bocah-bocah ingusan yang sudah jadi korban, ditambah juga ada orang yang tidak harmonis rumah tangganya sebab narkoba. Alhasil kita bisa bercerita begini gaes
“Eh tahu gak, di ujung kampung sana ada pengedar Narkoba lho. Mereka jualannya sambil nawarin jajanan anak kecil.”
(“Ah yang bener”)
“ iya, dan parahnya lagi sekarang anak-anak sekolah yang jadi langganan mereka”
(“Anak sekolah? Siapa aja...?”)
“itu tuh, si Ucup anak mang Benu udah bolak-balik rumah sakit. Trus si Bambang anaknya Bik Hamidah lebih parah, dia ngamuk-ngamuk gak karuan. Belum lagi kang Ratno juga sudah pecandu berat, makanya dia ribut terus sama istrinya”
(“Ih, ngeri. Kok pak RT gak bertindak sih”)
“ nah itu dia....”
Cerita bisa dilanjutkan sendiri hehehe............. (The end)
Gimana kawan-kawan tak sesulit yang dibayangkan bukan? Ya tentu saja tidak juga dianggap hal yang mudah. Cerita itu bisa kita ubah dengan informasi perjudian, lokasi minuman keras dan lain sebagainya. Meskipun kita bukanlah sosok yang mampu mengubah secara massif, namun setidaknya ada peran kita di dalamnya.
Coba direnungkan, jangan-jangan kondisi multi darurat yang kita bahas ini adalah efek domino dari banyaknya orang-orang yang diam tak mau merubah keadaan. Seperti sebuah ungkapan. "Keburukan bisa eksis bukan karena hebatnya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik..."
Tidak ada komentar