Oleh : Teguh Estro
Kata K-R-E-A-T-I-F seolah menjadi ‘mantra’ yang selalu diucapkan di dunia kerja saat ini. Kreatifitas selalu bersahabat dengan orang-orang yang bekerja keras. Kreatifitas merupakan saudara kandung daripada kecerdasan. Tugas kita adalah menggabungkan sikap kreatif, cerdas dan bekerja keras dalam satu karya. Bagaimana caranya? Nah, buku CREATOR.INC ini mengupas detail untuk menjawab pertanyaan itu.
Buku yang penuh dengan ‘daging’ pengalaman ini cukup sukses menggeser mindset kita dalam berkarya. Tidak ada tempat bagi orang yang berpikir feodal di masa mendatang. Karena dunia karier saat ini semakin ramping dalam hal sumber daya manusia. Bahkan beberapa jenis pekerjaan sudah bisa dilakukan secara independen. Kang ARif Rahman sebagai penulis buku ini menyajikan ragam jenis pekerjaan yang biasanya digemari para Kreator. Semisal Animator, Designer, Potographer, Content Creator, Digital Marketer, Standup Comedian dan Independent Worker Lainnya. “Para Kreator yang punya banyak persamaan, muda, adaptif, komunikatif, suka bekerja,, ngotot, gigih, cerdik, lincah, dan banyak mau.”
Pada halaman awal saja, penulis sudah menghentak pembaca. Ia mengomentari kebanyakan kreator yang terlalu fokus pada produk semata. Atau banyak juga kreator yang terjebak karena hanya mengandalkan skill mereka. Padahal untuk mengepakkan sayap di dunia persaingan, mereka harus handal dalam kemampuan bisnis. Para Kreator kudu memahami dunia promosi, strategi marketing, membangun tim, membuat laporan keuangan dan menjalin network secara apik.
Secara sederhana, buku ini membagi proses berkarya menjadi dalam tiga kerangka. Pertama tahap merintis yang penuh dengan batu terjal, kedua tahap mempublikasikan karya-karya terbaik yang dieksekusi dengan tepat. Ketiga tahap perubahan dari kretor menjadi perusahaan yang memiliki dampak luas. Jadi sebuah enterprise yang mapan tidaklah muncul secara tiba-tiba. Sebuah gagasan harus melalui tahapan ujian yang mengasahnya menjadi perusahaan yang menghasilkan.
Saat kita merintis sebuah karya, maka utamakan mencari ribuan pengalaman. Dan sebaiknya berupayalah untuk mengasah semua passion, minat dan bakat yang dimiliki. Teruslah mencoba, mencari bentuk, mengenali pola, mencari jaringan sebanyak-banyaknya. Penulis buku ini sangat menyayangkan banyak anak muda yang ingin melewatkan tahapan ini. Pinginnya langsung besar, langsung jadi dan langsung kaya. “…Mulailah karier sebagai seorang amatir dan mulailah dari tahap belajar. Jika bercita-cita menjadi fotografer andal, mulailah dengan bekerja di sebuah perusahaan fotografi. Apalagi jika kita bisa bekerja dengan fotografer yang telah memiliki nama dan reputasi besar, kita punya kesempatan untuk mencuri segudang ilmu darinya….” (Hal. 22)
Lakukan Testing The Water untuk melangkah ke tahap berikutnya. Cobalah proyek kecil-kecilan, eksekusi event-event yang sederhana, pimpinlah tim kepanitiaan yang sedikit dulu. Pola ini harus terus diulang sesering mungkin. Karena hal ini akan mengasah jam terbang seorang creator. Selain itu buatlah persiapan matang untuk membuat karya yang bombastis sekali saja namun berdampak pada personal branding. “…Proyek sampingan adalah peluru. Kalaupun meleset, kita tidak kalah banyak. Namun jangan berhenti menembak, ketika sasarannya tepat, kita tembakkan messiu, ubah usaha yang tadinya sampingan menjadi usaha utama…” (hal. 46)
Suatu saat akan ada waktunya para kreator berada dalam pilihan penting. Passion mana yang akan menjadi jalan hidupnya. Mengubah hobi menjadi usaha yang menghasilkan. Penulis memberikan banyak strategi mengenai system bisnis yang based on experience. Bagaimana mendesain karya, strategi customer experience, membuat dan membesarkan sebuah brand dan termasuk pentingnya mengeksekusi sebuah ide. Saya sarankan iqra…! Bacalah karya kang Arif Rahman ini agar mindset kita segera berubah.
Teguh Indonesia
Tidak ada komentar