Oleh: Teguh Estro
Dulu, tahun 2006
tiba di Jogjakarta banyak kakak senior kampus berseloroh terkait kian padatnya
kendaraan. Dan saat ini 7 tahun sudah hidup di kota pelajar tentu saja
limpah-ruah kendaraan pribadi makin menggila. Parkiran kampus yang dulu masih
terlihat rata perbandingan antara motor dan sepeda, kini drastis sekali
bedanya. Kendaraan motor telah parkir membanjiri setiap lahan kosong di kampus.
Tentu saja wajar agaknya, bila security terus bertambah di pos – pos penjagaan.
Kampus UGM tahun
2010 pernah coba-coba menertibkan kendaraan dengan kebijakan Kartu Identitas
Kendaraan (KIK). Siapapun yang masuk lintasan dalam kampus kudu setor
rupiah. Bukan mahasiswa sahaja, raider pelancong yang sekedar lewat
ditarik uang juga. Untungya, kebijakan itu sekarang sudah dihapus.
Kian lama fenomena
padatnya kendaraan di kota gudeg ini justru menjadi-jadi. Sudah tiga tahun
terakhir penulis memperhatikan beberapa titik khususnya di Depok dan Seturan nampak
memusingkan pengendara. Jumlah kendaraan bermotor membludak, khususnya motor second
yang laris permintaan dari kalangan mahasiswa. Sehingga jangan heran
bila tahun 2011 lalu kabupaten Sleman mendapat predikat kota paling tinggi
tingkat pencurian kendaraan bermotor (curanmor).
Contoh ringan,
belakangan ini jalan solo (adisucipto) bisa dipastikan padat merayap saat malam
minggu. Pasalnya, ada magnet hiburan yakni Ambarukmo Plaza manggone para
lajang di sana. Tentu saja andai musim libur tiba, jalan di sekitar jogja
banjir dengan iring-iringan mobil serta motor. Sudah dua kali penulis liburan
tahun baru, selalu terkendala macet. Bahkan awal tahun baru 2013 lalu rombongan
sudah berjalan menuju pantai Indrayanti terpaksa putar balik lantaran macet. Selama
8 jam perjalanan dari 07.00 sampai 15.00, hampir setengahnya habis oleh waktu
perjalanan.
Juru Parkir kong-kali-kong
DISHUB
Baru saja siang tadi, penulis menyempat baca koran harian jogja. Ada
info yang mencengangkan, yakni terdapat 600 titik parkir resmi di semua penjuru
DIY. Coba kita kalkulasikan sebentar. Anggaplah dalam satu hari ada 50
kendaraan bermotor dengan patokan Rp.1000,- per kendaraan. Maka hasilnya untuk
satu tahun, 50 x Rp.1000 x 365 hari x 600 titik parkir. Wow 10,95 Milyar
per tahun itu adalah minimal-minimal sekali. Dan jatah setoran ke pemerintah
adalah 25% dari itu yakni berkisar 2,74 Milyar. Maka aneh sekali jika
pendapatan di tahun 2012 hanya sekitar 1,48 Milyar saja. Dan sisanya 1,3 Milyar
diambil siapa?
Trans Jogja Dirundung
Dugaan Korupsi
“……Kepala Kejaksaan Tinggi Kajati DIJ Suyadi SH menegaskan
penyidikan kasus dugaan korupsi [ada PT Jogja Tugu Trans (JTT) terus berlanjut.
Kini penyidik masih menunggu hasil audit investigasi yang dilakukan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) DIJ terhadap Biaya Operasional
Kendaraan (BOK) Transjogja pada 2008 senilai Rp 11 miliar….” (Radar jogja, 7
Januari 2013).
Kalau perihal bus
hijau ini penulis tidak berminat komentar banyak. Hanya saja sangat disayangkan
bila transpotasi masal ini malah ditinggalkan warganya. Justru biaya
operasional yang dipersoalkan tersebut apik-nya dialokasikan untuk re-promosi. Pasalnya
kendaraan prbadi kian digandrungi saja belakangan ini tinimbang transportasi
masal seperti trans jogja.
Mati kutu Kota Jogja.
BalasHapus