Oleh: Teguh Estro*
Dasar manusia, dulu bertanya-tanya kenapa tak pernah turun hujan. Sekarang hujan sudah turun malah marah-marah. Intinya anak-cucu Adam ini memang perlu introspeksi agar terus bersyukur. Dan saat ini kota Yogyakarta pun tengah disiram hujan seperti yang mereka minta sebelum-sebelumnya. Akan tetapi intensitas curah hujan di kota pelajar ini mulai disorot oleh warga. Pasalnya di beberapa lokasi sudah banyak jalan yang ambles setelah diguyur hujan.
Banyak yang beralasan kerusakan jalan yang terjadi sebab tingginya curah hujan sejak 2 November lalu. Setidaknya sudah Sembilan jalan di kota gudeg ini yang ambles, termasuk beberapa jalan protokol. Salah satunya adalah Jalan Kusumanegara dan Jalan Adisucipto yang termasuk jalur vital di Yogyakarta. Bahkan Jalan Kenari yang terletak persis di depan kantor walikota Yogyakarta juga terlihat parah. Gerusan air hujan yang deras sudah tidak bisa lagi ditahan oleh drainase jalan yang sudah tua. Apalagi dalam sepuluh tahun terakhir, rusaknya jalan tahun ini adalah yang terparah. Diprediksikan kerusakan bakal terus bertambah, mengingat musim hujan belum sampai pada kemuncaknya.
Rusaknya drainase jalan, Meluapnya air sungai dan sederet peristiwa lain sejatinya hanyalah fenomena. Dan tampaknya melalui fenomena tersebut menjadi pertanda kota Yogyakarta ini hendak menyampaikan pesan kepada warganya. Bahwa ‘dia’ kepingin diperhatikan, bukan melului dikomersialkan. Sudahlah diakui saja, kota ini sudah tua dalam usianya yang ke 255 tahun. Kenapa gorong-gorong yang sudah berumur, barulah diperhatikan ketika ia sudah rusak. Begitupun kali Code, Gajah Wong, Winongo dan lain-lainnya mereka kepingin ‘diasuh’ dengan kasih-sayang.
Perhatian serius warga Yogyakarta terhadap lingkugan kudu digalakkan lagi. Termasuk pemerintah walikota yang memiliki perangkat untuk memoles beberapa kerusakan akhir-akhir ini. Salah satunya Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) sebagai Leading Sectornya. Bukankah pak Walikota Herry Zudianto sudah menetapkan kejadian belakangan ini dalam status tanggap darurat. Maksudnya kondisi yang harus dituntaskan segera lantaran sifatnya mendesak.
Salah satu hal yang urgen adalah antisipasi kemungkinan adanya jalan yang ambles di jalur lainnya. Sehingga perlu dilakukan pemetaan usia jalan raya berdasarkan data-data lapangan. Termasuk drainase-drainase di semua kota kudu dipetakan juga berdasarkan usianya. Terutama daerah-daerah yang bertalian dengan sektor pariwisata, pendidikan dan keramaian.
Kota Yogyakarta sebagian besar kehidupannya sudah bergantung pada jalan raya. Semisal sektor pariwisata yang tentu sangat bergantung pada mulusnya arus transportasi. Jangan sampai kejadian terulang seperti bus pariwisata yang terjeblos di jalan ambles seperti di Kota Gede kemarin. Sehingga bumi mataram ini bukan sekedar orang-orangnya saja yang dianggap berhati nyaman, akan tetapi sarana dan prasarananya pun harus dibuat nyaman.
Sektor pendidikan juga demikian, tidak sedikit sekolah-sekolah atau kampus yang melewati jalan raya. Setidaknya lalu-lalang pelajar dan mahasiswa memang sudah kesehariannya berjumpa dengan jalur transportasi darat ini. Daerah yang tidak kalah pentingnya yakni di pusat-pusat keramaian. Semisal di sekitar pasar, pusat industri kerajinan dan lain-lain. Adapun terkait dana pembenahan, KIMPRASWIL bisa menggunakan dana sisa anggaran kebencanaan sebesar satu milyar di pemerintahan. Kalaupun masih terasa kurang, bisa mengajukan dana ke Provinsi. Karena kenyamanan lalu lintas menjadi prioritas untuk diwujudkan.
Akhirnya perhatian warga dan pemerintah terhadap lingkungan menjadi harus menjadi ‘amalan’ nomor wahid di kota Yogyakarta ini. Selanjutnya bukan hanya jalan, akan tetapi sampah-sampah yang bertumpuk di saluran irigasi segera dibersihkan. Jangan sampai menunggu bencana datang barulah warga sibuk bergotong-royong. Alangkah lebih baik jika jauh-jauh sebelum puncak musim hujan tiba, kita telah menyambutnya dengan saluran air yang baik. Sehingga kota Yogyakarta benar-benar layak disebut ‘Kota Berhati Nyaman’.
Jalan Jogja Ambles, Pertanda?
Oleh: Teguh Estro* Dasar manusia, dulu bertanya-tanya kenapa tak pernah turun hujan. Sekarang hujan sudah turun malah marah-marah. In...
Teguh Estro
Senin, 21 November 2011