oleh: Teguh Estro*
Paska runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani (ottoman kingdom), seolah pasukan salib dan kaum yahudi tak bosan-bosannya bertepuk tangan. Belum puas dengan itu semua, kini mereka mulai menjajah alam pemikiran umat Islam (ghazwul fikr). Para penegak al-Quran mulai dari tanah Maroko hingga ujung Merauke perlahan mulai terkendalikan oleh barat. Bukan roket atau nuklir, tapi media (massa) telah menjadi senjata tunggangan terhebat mereka. Dengan media, tentu saja mereka bisa begitu lihai mengotak-atik informasi dunia Islam.
Sadar atau tidak…! Sudah berapa banyak pesawat televisi di dunia yang menjelek-jelekkan Islam. Dalam satu kali terbit, berapa surat kabar yang telah melecehkan Nabi Saw. Dalam satu jam sudah berapa content yang termasukkan (upload) di situs internet dengan berbagai penghinaan terhadap al-Quran. Hal tersebut belum termasuk media-media lainnya dengan teknologi tercanggih mereka. Apakah cukup sampai disini…? Ternyata tidak, mereka tidak akan ridho hingga umat Islam mengikuti millah mereka.
Salah satu target utama dari serbuan media barat adalah mencoba mengendalikan persepsi umat Islam terhadap agamanya sendiri. Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap objek berdasarkan informasi kognisi dan sensori sehingga menghasilkan interpretasi. Berita adalah informasi kognisinya, video dan gambar adalah info sensorinya sedangkan umat Islam adalah objeknya. Dan mungkin teroris adalah salah satu tafsirannya (baca: menurut Yahudi).
Dengan banyaknya pemberitaan buruk terhadap Islam harapan mereka (yahudi dan nashrani) tentu adanya kebencian umat Islam terhadap agamanya sendiri. Itulah yang disebut persepsi, namun sayangnya itu adalah persepsi yang buruk atas Islam. Semisal mereka yang giat mempropaganda Islam sebagai teroris paska tragedi 11 september.
Secara umum mereka telah berhasil mempengaruhi alam bawah sadar kaum muslimin bahwasannya Islam memang benar-benar teroris. Walaupun sebenarnya merekalah yang berhak disebut nenek moyangnya terorisme. Pasalnya kaum salibis ini tak segan-segan memusuhi umat Islam melalu bom, peperangan (mis: Irak, Moro dan Afganistan), pembunuhan massal dan lainnya.
Sejarah telah mengajarkan bahwasannya umat Islam tidak pernah diam atas pengrusakan identitas ad-Dien. Bagaimana hebatnya pertempuran badar, sengitnya lemparan tombak para sahabat dalam perang Hunain. Memang secara normal sejarah tidak bisa terulang, namun semangat mereka adalah hak waris terbesar bagi kita yang hidup di akhir zaman. Saatnya kita menyusun agenda besar untuk memperbaiki citra umat Islam. Salah satunya dengan memanfaatkan media barat secara selektif untuk melakukan serangan balik (counter attack).
Mohon maaf jika terasa kasar dan berlebihan. Namun paling tidak kita mampu memahami bahwasannya perlawanan melalui pengelolaan media bukanlah perjuangan yang lebih ringan dari pada perang khondaq. Karena dengan berani menggagas perang media melawan kaum salibis berarti kita menantang nuklirnya barat untuk diadu dengan ketapelnya umat Islam.
Bayangkan saja saat NBC, CNN, CBS, Washington Post, Time ataupun Newyork Times hingga pusat berita Reuters bergerak dengan fokus pada penghancuran mental kaum muslimin. Maka wajib bagi kita untuk waspada. Apakah cukup dilawan dengan beberapa lembar makalah, bulletin dan pamflet…? Jawabannya silahkan saja bagi umat Islam untuk berjuang semampunya. Jika memang hanya bisa dimulai dengan makalah, bulletin ataupun sekedar pamflet, maka pasti Allah akan membantu. Bila perlu diadakan gerakan sadar media melalui 1000 tulisan Islami, video Islami, ataupun blog dan website Islami.
Tidak ada komentar