Tentu kita masih ingat kiprah Qarun berikut kekayaannya nan melimpah. Harta yang dimilikinya justru menjadi bomerang bagi datangnya kepongahan. Sungguh tidaklah berlebihan jika ia menjadi ikon bersejarah kaum hedonis. Sosok yang hidup pada masa nabi Musa a.s ini berhasil memperkenalkan eksistensi kaum hedonis di masanya.
Hal serupa dilakukan kaum Munafiqin yang ikut perang uhud dalam barisan kaum muslimin. Sebagian pasukan pemanah terpesona dengan kilauan ghanimah (harta rampasan perang) sehingga meninggalkan pos-pos mereka di atas bukit. Terlepas dari menang atau tidaknya perang uhud, yang pasti perjuangan telah ternodai oleh ruh-ruh hedonisme.
Pada era pertengahan gelombang hedonisme justru datang dari negeri barat. Mulai dari gaya hidup, adat-istiadat, hingga pola pikir tidak terlepas dari sudut pandang keduniaan. Tatanan perilaku barat tersebut cepat atau lambat sampai juga ke dunia timur dan negeri kaum muslimin khususnya. Dan Orang –gila- pertama yang menyebarkan virus hedonis ini adalah para penjajah. Pasca perang dunia, umat Islam benar-benar habis diobok-obok oleh imperium barat. Mulai dari penjajahan fisik, pengerukan alam hingga pemaksaan budaya hedonis di daerah jajahan. Sebut saja di Indonesia
kebanggaan berlebihan terhadap ‘kompeni’ sebenarnya sudah ada seja masa penjajahan. Bukan hanya meniru gaya hedonisnya, akan tetapi sampai rela menjadi penghianat bangsa dan berpihak pada penjajah. Mereka itulah yang rela menjadi mata-mata penjajah hanya karena imbalan satu atau dua keping harta. Sungguh Hedonis….!
Pada masa post-modern ini kaum hedonis mengalami masa keemasannya. Dimana justru bibit pecinta dunia berkembang hebat di kalangan umat Islam sendiri. Anehnya lagi antar satu muslim dengan lainnya kian asyik menumpuk harta. Hingga kemuncaknya adalah keberadaan pengaruh hedonis ini telah diangap wajar dan diterima dengan baik tak ubahnya seorang raja di raja yang sakti mandraguna pengaruhnya.
Tidak ada komentar