Menu
Teguh Indonesia

Beberapa waktu lalu, 21 Maret 2016. Kembali beberapa ketua kelompok KUBE yang siap diajukan sengaja dikumpulkan. Bukan sembarang kumpul sambil lalu, pertemuan kali ini cukup mengernyitkan dahi. Lagi-lagi perihal 'Kartu Miskin' yang menjadi dilema...

Salah satu pertanyaan yang sulit ditebak adalah Siapa itu miskin. Terkadang mereka yang memiliki kartu miskin justru tampak sugih hidupnya. Namun jelas-jelas mereka yang terhimpit derita luput tak tersentuh uluran tangan hanya karena tidak terdata sebagai orang miskin.

Apakah ini kesalahan para pendata kemiskinan? Hmm tidak juga rasanya. Ada orang yang pada saat pendataan mereka benar-benar miskin. Namun sebulan kemudian mereka mendapat rezeki tak terduga (biasanya sehabis jual tanah) lalu menjadi orang mampu.
Atau sebaliknya mereka yang pada saat pendataan tak tercatat sebagai warga miskin. Namun sebulan kemudian hartanya habis (misal setelah menikahkan anak, kuliah anak dll) lalu hidupnya kekurangan.

Haduh, Sudahlah jalani saja. Apa yang kita miliki syukuri saja. Tak perlu mengaku-ngaku miskin. apalagi bangga memiliki kartu miskin. gunakan kartu tersebut seperlunya. sudah itu saja...

Beberapa waktu lalu, 21 Maret 2016. Kembali beberapa ketua kelompok KUBE yang siap diajukan sengaja dikumpulkan. Bukan sembarang kumpul sa...
Teguh Estro Minggu, 03 April 2016
Teguh Indonesia

Jumat sore, 11 Maret kemarin. Saya diundang pak Lurah Handayani, Pak Bambang Saipul untuk mendengar curhat sekaligus bincang-bincang bersama para ketua RW.

Mereka luar biasa, proaktif dan santun. Sampai akhirnya berbicara tentang kemiskinan. Lagi-lagi persoalan pendataan warga miskin yang tidak valid. pemutakhiran data yang lambat tak mampu mengatasi perubahan status kesejahteraan warga yang terus berganti-ganti dalam hitungan bulan.

oleh karenanya bagi pihak yang memiliki wewenang melakukan pemutakhiran data warga miskin tolong diseriuskan. Paling tidak 6 bulan sekali kudu diupdate. Sehingga jika ada bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah bisa tepat sasaran. Kasihan para lurah, kades, RT dan RW yang selalu dicibir dan tempat pengaduan masyarakat selama ini. Semoga Allah menolong tugas-tugas para ketua RT dan RW seluruh Indonesia, amiiin.

Jumat sore, 11 Maret kemarin. Saya diundang pak Lurah Handayani, Pak Bambang Saipul untuk mendengar curhat sekaligus bincang-bincang bersa...
Teguh Estro Sabtu, 12 Maret 2016
Teguh Indonesia

#1 Perampok Jatura
Oleh: Teguh Estro
ilustrasi: http://caranggesing.devianart.com


Bercucuran peluh keringat dari dahi wajah tampan sang pendekar sakti. Seharian ini pemuda dari desa Penugala ini melatih diri hingga dua ratus pukulan. Kepalan tangan yang pernah membunuh macan hanya dengan satu pukulan ini tengah terayun gagah mengiringi langkah tegap. Imba, itulah nama Pria nan handal adu tanding ini. Juga tersohor namanya hingga ke negeri Melayu seberang.

Panasnya terik mentari perlahan mengusir rasa kantuk Imba yang berniat berteduh di bawah pohon gaharu. Dalam satu hentakan saja, perjaka idola para wanita ini telah melompat melewati pepohonan hingga menuju gubuk tua. Tampak seorang nenek berpakaian serba hitam duduk menanti kehadiran Imba sembari memijat-mijat kakinya nan lelah.

“Nek, ini saya bawa ikan lais hari ini…”
“Ikan lais? memang cucu nenek ini tahu sekali makanan kesukaan nenek ya…”
“Biar saya yang bakar ikannya, nenek duduk saja disana”
“Imba, khuluq di hatimu sungguh setampan wajahmu. Di kampung Penugala ini tiada yang sepertimu. Sifat penolongmu itu tak mungkin dilupa warga kita. Nenek hanya berpesan, hati-hati bila sudah berurusan dengan perampok-perampok Jatura. Lebih baik kita mengalah daripada menjadi panjang urusan. Karena Jatura sudah terkenal jahat dan tak sungkan membunuh di kampung ini” Nasehat nenek Dasit si wanita tua.

Nasehat sang Nenek tak pernah dianggap remeh oleh Imba. Pria berhidung mancung ini begitu sayang pada Nek Dasit. Hingga menjelang sore, Imba berpamit pada sang Nenek.

Seperti biasa di sore hari Imba pulang ke padepokannya tak jauh dari hutan Babat. Terlihat beberapa murid sudah berkumpul menanti kehadiran sang guru.

Di Padepokan ini, Imba hanya melatih murid-murid yang sudah berjanji tidak akan menggunakan ilmu bela diri untuk kejahatan. Dan satu di antara puluhan murid itu ada seorang gadis bunga desa Penugala, ya itulah Wandali. Wanita berkulit kuning langsat ini begitu menaruh hati pada Imba sang guru. Baginya bisa menjadi murid di Padepokan Penugala ini seperti mendatangi surga cinta bertemu sang pujaan. Meskipun dia tahu, banyak dara yang juga tertarik pada Imba.

Hingga menjelang gelap seluruh manusia berpulang ke desa masing-masing. Sebagian besar memang berasal dari Desa Penugala.

“Guru, aku berpamit pulang…” Wandali memberanikan diri menegur Imba. Dan sepertinya Imba tak berminat untuk menjawabnya.

“Guru terima kasih atas pelajaran hari ini” Kembali gadis cantik ini coba untuk menegur. Namun Imba hanya diam seperti menahan diri. Kali ini ia hanya menganggukkan kepala.

Wandali senang bukan kepalang saat melihat Imba menganggukkan kepala sembari tersenyum padanya. Sepertinya itu sudah cukup membuatnya tak bisa tidur malam ini. Ia pun mulai berjalan pulang dengan hati berbunga-bunga.

“Wandali….” Panggil Imba.
“Hari sudah gelap, tak baik seorang perawan pulang sendiri. Mari saya antar kamu pulang…” ucap Imba sambil menunggangi kuda mendekati Wandali.

“Iya guru….!” Hanya itu yang bisa diucapkan Wandali. Selanjutnya ia tak mampu berkata-kata lagi. Bahkan tak ingat apa-apa lagi. Berdua memacu kuda bersama guru Imba adalah dambaan semua gadis di desa ini. Wandali sudah tak sanggup mengendalikan perasaannya. Ia tak percaya, seperti bukan kenyataan. Ia tak ingin melupakan kejadian ini. Namun perasaan dan pikiran yang tiba-tiba kacau-balau membuat ia sulit untuk mengingat apa-apa yang terjadi.
***

Sebuah pasar di pinggir hutan Babat menjadi saksi bagaimana kesaktian Imba membuat babak belur lima perampok. Meskipun kelima perampok itu membawa golok tajam, namun Imba tak sampai mengeluarkan keringat untuk mematahkan tangan dan kaki mereka. Kian hari harumnya nama Imba mulai membuat para perampok geram. Terutama kepala perampok desa Penugala, Jatura yang kejam.

Belum lama setelah kelima perampok itu pergi dengan kaki pincang dan pesakitan di tubuhnya, para warga berkerumun untuk menyalami Imba. Satu persatu warga berucap terima kasih pada pemuda yang senyumnya manis ini.

“Bubar kalian semua….” Sebuah teriakkan yang menggelegar mengagetkan warga. Suara keras itu tak lain dari teriakkan Jatura yang sekejap membuat warga bubar.

“Imba, Sudah berani kamu ya….” Lagi-lagi Jatura mengeluarkan suara seperti guntur. Bila orang biasa yang mendengarnya, pasti sudah membuat gentar. Sungguh luar biasa suara yang dimiliki Jatura.

“Maaf pak cik, ananda hanya berniat menolong warga” Imba menjawab sehalus mungkin.

Kepala perampok berkumis tebal itu pun lalu memerintahkan puluhan anak buah pilihannya untuk mengelilingi Imba. Hanya dengan satu isyarat jari dari Jatura, puluhan anak buahnya bergerumul hendak memangsa Imba dengan pedang mereka. Ibarat Singa kelaparan yang mendatangi Pendekar Hutan Babat itu. Namun di luar dugaan, Imba menaklukan satu persatu serangan ganas itu hanya dengan gerakan satu tangan saja. Kembali warga menyaksikan pertunjukkan mengagumkan, termasuk Jatura hanya terbelalak melihat kesaktian Imba. Tiap gerakan tangan Imba tepat mengenai sendi-sendi tulang musuhnya. Gerombolan perampok dibuat tak berdaya ibarat ayam lumpuh terkapar di tanah.

Seusai menghabisi puluhan perampok tadi, Imba membersihkan sedikit debu di telapak tangannya dan beranjak perlahan menghampiri Jatura. Lalu kini tepat di hadapan Imba, berdiri seorang kepala Rampok berbadan kekar. Mereka saling menatap tajam tanpa suara.

“Jadi kau yang dijuluki Pendekar Hutan Babat, lumayan juga jurus totok langitmu”
“oh, pak cik tahu rupanya nama jurus yang kupakai tadi. Sudikah hari ini pak cik menunjukkan jurus yang pak cik punya. Ananda hendak mencobanya…”
“Sombong kau Imba, lebih dari 30 tahun aku menjadi perampok. Baru kali ini rasanya benar-benar bernafsu untuk menghabisi nyawa seseorang”

Jatura memasang kuda-kuda sembari mengepalkan tangan. Seketika cahaya merah muncul dari sela jemari Kepala rampok desa Penugala ini. Kaki kasarnya melompat menghampiri Imba untuk menyarangkan pukulan tepat ke arah dada. Pendukar Hutan Babat mencoba menahan pukulan Jatura dengan satu tangan. Namun kekuatan Jatura teramat dahsyat, setidaknya cukup membuat Imba terdorong tiga langkah ke belakang.

“Jurus apa kiranya yak pak cik buat ini, boleh ananda ketahui kah…?”
“Sepuluh tahun lalu, Jurus ini yang pernah membunuh Pendekar Talang Batu dari desa sebelah. Dan kini kau Imba yang akan jadi korban selanjutnya. inilah Pukulan Gunung Neraka……!”

Kali ini Imba mulai berhati-hati jangan sampai ia kecolongan. Karena Pendekar Talang Batu adalah salah satu dari ratusan guru yang pernah mengajarinya bela diri saat ia masih anak-anak. Dan tentu saja kali ini tehnik beladiri tingkat tinggi harus digunakannya untuk menghindari setiap pukulan dahsyat Perampok jahat ini. Duel yang ramai disaksikan warga pun berlangsung sengit. Meskipun tak sedikit warga yang kecewa, karena gerakan kedua jawara ini sangat cepat, nyaris tak terlihat. Hari ini akan diketahui siapa manusia tersakti di Desa Penugala. Apakah Jatura, ataukah Pendekar Hutan Babat…?

“Kena kau Imba…..!” Suara Jatura nan menggelegar sontak mengagetkan seisi desa Penugala. Setelah itu barulah menyusul suara tubuh Imba terjatuh dari udara mengenai tumpukan barang dagangan di pinggiran pasar. Suasana hening, warga yang percaya kalau Imba bisa dijatuhkan oleh Jatura. Belum juga terlihat tanda-tanda sang anak muda hendak bangkit dari reruntuhan itu. Jatura bergerak seperti hantu tiba-tiba berdiri di depan Imba yang mulai berdiri perlahan. Lagi-lagi tanpa kasihan kepalan Pukulan Gunung Neraka milik Jatura siap diarahkan pada Pendekar Hutan Babat ini.

Dan wajah garang Perampok itu teramat bahagia seiring detik-detik pukulannya hendak mengenai tubuh Imba. Dan…..

“Gubrakk…..” suara keras terdengar tubuh Jatura jauh terpental ke sisi Pasar lainnya. Dan Itu bukan pukulan dari Imba yang masih berdiri kesakitan. Sosok pendekar lain berpakaian ninja menyarangkan tendangan ke arah Jatura membuat kepala rampok itu mulai mengeluarkan darah segar. Tak ada yang tahu siapa pendekar berpakaian ninja ini. Jatura yang dibuat malu, justru mengalihkan pandangan tajamnya pada Ninja berpakaian serba putih. Jatura dengan susah payah melompat mendekati pendekar misterius ini dan terjadi duel diantara keduanya.

Imba yang memperhatikan dengan naluri pendekarnya justru melihat duel tersebut tak seimbang. Sang Ninja terlihat terdesak dan masih pemula dalam menggunakan jurus-jurusnya. Dan benar saja, kaki kasar Jatura berhasil mengenai perut pendekar misterius itu hingga tersungkur ke semak belukar.

Kali ini Imba bergerak secepat kilat menghadang Jatura yang berniat menghabisi Ninja tersebut.
“Pak cik pertarungan kita belum selesai, jangan libatkan orang lain dalam pertarungan kita”
“Oh, jadi kau masih hidup ya…. Jadi Pukulan Gunung Neraka tak juga membuatmu mati” Teriak Jatura menggelegar…

Kali ini Pendekar Hutan Babat tak lagi menggunakan satu tangan. Sebuah gerakan cepat kedua tangannya diarahkan ke langit dan membuat seketika langit mendung. Lalu tubuh Imba seperti karet menggelembung membuat siapapun yang melihatnya mengernyitkan dahi. Dan benar saja, tubuh Pendekar Hutan Babat itu terbelah jadi dua. Dan kini sudah mewujud dua sosok Imba di hadapan Jatura dengan kesaktian yang sama. Kali ini warga kaget melihat entah jurus apa yang dimiliki pendekar muda ini. Sakti nian, belum pernah mereka melihat manusia membelah diri menjadi dua. Jatura pun terlihat kaget, meski tak seterkejut warga.

“Sialan… jadi kau menguasai Jurus Malaikat Kembar ya. Sudah lama aku tak melihat jurus ini digunakan…”

“Sebaiknya Pak Cik jangan Cuma tahu namanya sahaja, tapi rasakan pula ampuhnya jurus ini” Dengan tenang Imba memancing emosi Jatura. Namun kepala Perampok ini tak mudah terpancing. Ia sadar, menghadapi satu orang Imba saja bukanlah mudah. Namun kini, ada dua lawan tangguh yang sama-sama sakti.

Jatura bergerak cepat mundur menjauhi Imba, namun itu sia-sia. Karena kedua sosok yang dijauhi justru mengejar seperti kilat. Benar saja, ia hanya menjadi bulan-bulanan dua sosok Imba yang sedari tadi belum mengeluarkan seluruh kesaktiannya. Berkali-kali Perampok berbadan besar itu terjerembab dengan wajah lebam. Hingga akhirnya pukulan keras mengenai dada Jatura membuat ia benar-benar tak bisa lagi melawan. Kedua sosok Imba kembali menyatukan jasad. Melihat lawannya tak berdaya, Imba berbalik arah dan meninggalkan Jatura begitu saja.

Langkah tenang sang pendekar ini perlahan menapaki bumi menuju semak-belukar tempat sang Ninja tadi terjatuh. Nampak tak sadarkan diri pendekar misterius yang sudah menyelamatkan nyawanya. Sedikitpun tak ada kata-kata yang terucap, hanya tangan kekar yang meraih tubuh sang Ninja nan tak berdaya. Satu hentakan kaki saja, Imba sudah melompati udara menuju tengah Hutan Babat kediaman Nek Dasit. Berharap tuah sang Nenek bisa menyembuhkan luka parahnya. Di perjalanan, hanya ada satu Tanya di dalam hatinya. Siapa wajah di sebalik topeng ninja ini…

“Imba, sudah petang begini darimana saja? lalu siapa yang kau bawa ini…” Sapa nek Dasit menyapa cucunya yang baru saja sampai di depan pagar.

“Nek, tolong rawat dia. Sepertinya cukup parah….” Imba memasuki gubuk nek Dasit dan bergegas menuju ruang tidur meletakkan tubuh yang sudah lemah tersebut.

Wanita tua yang memang tersohor sebagai tabib di desa Penugala ini terheran-heran dengan polah cucunya. Tepatnya cucu angkatnya yang dahulu semasa masih bayi ia temukan sebatang kara tengah menangis tanpa orang tua di depan gubuk ini. Kini bayi lucu itu sudah menjadi pemuda tampan nan sakti.

“Nenek kenapa diam saja, kalau tak segera diobati saya khawatir nanti luka dalamnya bertambah parah…” Dengan lembut Imba menyapa sang nenek.

“ Oh, maaf Imba…  Nenek jadi lupa”
Nek Dasit mendekati tubuh malang itu. Dan Imba hanya memperhatikan dari belakang. Saat Nek Dasit membuka penutup kepala dan pakaian sang Ninja, ia pun terkejut.

“Imba…!!! Kamu harus keluar jangan di sini, Ternyata dia seorang gadis….” Seakan melompat, begitu kagetnya wanita tua yang dahulunya jua bunga desa Penugala ini.
“Hah, Gadis… apa nenek tidak salah. Coba kulihat nek” Imba langsung mendekati tak kalah herannya.
“ Eits, Imba kamu jangan coba-coba mau mengintip. Cepat sana keluar dari kamar ini”
“ Itu kan Wandali nek. Wajahnya aku kenal”
“ Emang Wandali itu siapa hah, kekasihmu kah…?” Tanya Nek Dasit sambil mendorong Tubuh Kekar cucunya agar keluar dari kamar.

Imba hanya terdiam dengan pertanyaan itu. Ia hanya menuruti ucapan neneknya, menunggu di luar. Namun hati tak bisa dibohongi, ada rasa khawatir yang aneh. Sepertinya ini kali pertama Ia jatuh hati pada seorang gadis. Hanya saja nek Dasit sengaja mengobati Wandali dengan mengulur-ulur masa. Pendekar Hutan Babat yang baru saja mengalahkan Jatura ini pun hanya melompat-lompat di luar seperti anak kecil yang tengah kesal. Kadang ia memukul-mukul kepalanya sendiri, kadang berlari-lari dan gerakan-gerakan aneh lainnya. Antara perasaan jatuh cinta, kesal dan khawatir campur aduk di dalam dadanya.

#Bersambung…

#1 Perampok Jatura Oleh: Teguh Estro ilustrasi: http://caranggesing.devianart.com Bercucuran peluh keringat dari dahi wajah tam...
Teguh Estro Kamis, 28 Januari 2016
Teguh Indonesia


Kemarin, Sepulang jadi Narasumber
Sosialisasi BAHAYA NARKOBA
Bersama Kapolsek &Kepala Puskesmas.
saya berpikir, Gimana cara melawan NARKOBA.Jangankan kita,
POLISI saja yang sudah bersenjata dan berwewenang.Masih kecolongan, Masih ada oknum polisi yang pakai NARKOBA.

Kemarin, Sepulang jadi Narasumber Sosialisasi BAHAYA NARKOBA Bersama Kapolsek &Kepala Puskesmas. saya berpikir, Gimana cara melawa...
Teguh Estro Kamis, 14 Januari 2016
Teguh Indonesia

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Berkat Serasan Kecamatan ABAB

Oleh: Teguh Eko Sutrisno, S.Kom.I

Uang Seratus juta diberikan Cuma-Cuma, belum tentu membuat rakyat menjadi kaya. Karena boleh jadi uang tersebut dengan mudah akan dihabiskan juga secara Cuma-Cuma. Berjudi, mabuk-mabukan serta berfoya-foya. Itulah realita banyak sekali masyarakat kita yang bukan hanya miskin fisik, namun juga miskin mental. Salah satu usaha terberat kita dalam menekan angka kemiskinan adalah mengangkat mental masyarakat secara super sabar.
            Masyarakat kudu diajarkan berorganisasi, manajemen administrasi, melek informasi, strategi marketing dan yang paling penting kesabaran dalam berkorban. Salah satu pilihan cara yang kita usahakan adalah melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Berawal dari memilih kelompok masyarakat yang memiliki keinginan berusaha. Melakukan survey lokasi usaha,  pemberian dana stimulan hingga monitoring sampai usahanya berjalan sukses. Itu semua butuh kesabaran tingkat tinggi. Karena kita melaksanakannya bukan dengan para pakar yang professional. Namun kita berusaha bersama masyarakat yang belum memiliki kemapanan dalam skill entrepreneurship.
          
  Salah satu kelompok yang kita bina adalah KUBE “Berkat Serasan” di Kecamatan Abab, Kabupaten PALI. Usaha ternak itik yang cukup sukses dengan kerjasama kelompok yang apik dan monitoring yang rutin.
Ada hal menarik yang terjadi di lokasi peternakan itik Abab ini. Mereka membagi itik berdasarkan umurnya dalam kandang dan tempat terpisah. Bila diamati para peternak membagi dalam empat proses pengerjaan.
Pertama areal pengerama telur. Karena itik tak bisa bertelur sendiri maka kita membutuhkan jasa entok ataupun angsa untuk menetaskan telurnya. Dan karena itik termasuk hewan yang sembrono saat bertelur, maka para peternak harus berusaha mengumpulkan telur-telur yang berserakan di areal peternakan.

Kedua pengkandangan bagi itik yang baru menetas mereka terpisah sampai berumur 6 bulan. Karena itik yang berusia di bawah 6 bulan butuh makanan yang lebih halus, kehangatan yang lebih dan vaksin yang rutin. Dipastikan kandang tertutup keliling dan steril dari penyakit dan kotoran. Dibutuhkan pembersihan kandang yang teratur.

Ketiga Pengkandangan bagi itik remaja yang masih bujang gadis. Mereka harus dikandang dengan pagar keliling. Karena usia remaja cukup lincah dan sulit diatur. Dan peternak kudu teliti memilih mana itik yang sudah cukup kriteria untuk dilepaskan ke kelompok itik dewasa. Karena itik remaja ini harus belajar untuk kawin bersama kawanan lainnya.

Keempat kelompok itik dewasa yang dilepaskan di areal peternakan yang lebih luas, disediakan kolam pemandian dan taman sederhana. Agar mereka tidak stress dan bergairah untuk kawin. Bebek dewasa harus benar-benar diperhatikan apalagi betina yang akan bertelur. Karena mereka sering asal-asalan saat bertelur tanpa melihat tempat yang baik.

Kita berharap Kelompok Usaha Bersama ‘Berkat Serasan’ Kecamatan ABAB bisa Sukses dan terus belajar dan bersabar dalam beternak itik. Terima kasih juga atas oleh-oleh 20 butir telur bebeknya.

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Berkat Serasan Kecamatan ABAB Oleh: Teguh Eko Sutrisno, S.Kom.I Uang Seratus juta diberikan C...
Teguh Estro Sabtu, 17 Oktober 2015
Teguh Indonesia


Proyeksi Program ‘Komunitas Adat Terpencil’




Oleh: Teguh Eko Sutrisno, S.Kom.I 



Komunitas Adat Terpencil (KAT) merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat kita. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk menjadi masyarakat sejahtera. Hanya saja ada unsur ‘keterpencilan’ yang melekat dan membuat mereka tertatih-tatih menuju masyarakat sejahtera. Dibutuhkan keseriusan untuk memberdayakan mereka, minimal membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
            Dusun ‘Talang Sibetung’, berada lebih kurang 5 km dari jalan utama Desa Tempirai, Penukal Utara Kabupaten PALI. Akses menuju lokasi hanya bisa dilewati kuda besi beroda dua. Talang yang diketuai Kuyung Dedi ‘Andoi’ ini tak disentuh oleh akses listrik dan dihuni oleh 22 Kepala keluarga saja.
            Lokasi yang tidak terakses listrik, tentu saja sangat mengkhawatirkan. Selain keterhambatan ekonomi, juga kerawanan secara kriminal. Apalagi akses jalan menuju kesana melalui jalan hutan. Bayangkan saja, ketika penulis menuju lokasi harus melalui rimbun pepohonan yang begelanyutan aneka jenis kera di dahan-dahan pucuk. Selanjutnya lokasi nan terpencil ini jarang sekali tersentuh oleh program-program pemerintah. Walaupun sebenarnya mereka tidak begitu usik terhadap program-program pemerintah. Karena sebagian besar mereka ‘enggan’ mengkritisi kebijakan pemerintah. Mereka hanya masyarakat agraris, petani kebun karet yang sudah cukup terpuaskan bila kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi.
            Secara spesifikasi kelayakan huni, tempat tinggal mereka masih berdinding papan. Dan setiap satu rumah dihuni oleh beberapa orang dalam satu atau dua kepala keluarga. Beberapa sudah beratap genteng dan masih pula ada yang beratap seng bahkan daun rumbia.
            Selanjutnya dalam penggunaan MCK dan air minum, masyarakat talang sibetung 100 % bergantung pada aliran sungai ‘ayik Subagut’ yang merupakan anak sungai Penukal. Apabila kemarau terjadi, maka kesulitan air membuat keterhambatan ekonomi. Secara akses pendidikan pun setali tiga uang. Mereka terpaksa menitipkan anak-anaknya ke keluarga-keluarga di dusun sebelah agar tak jauh saat berangkat sekolah. Dahulu ada ‘sekolah pembantu’ yang berdiri sederhana di sana. Namun saat ini sudah tak ada lagi.
            Harapannya program Komunitas Adat Terpencil bisa menyentuh Talang Sibetung ini sebagai salah satu bentuk hadirnya pemerintah.

Proyeksi Program ‘Komunitas Adat Terpencil’ Oleh: Teguh Eko Sutrisno, S.Kom.I  Komunitas Adat Terpencil (KAT) merupakan...
Teguh Estro Selasa, 13 Oktober 2015
Teguh Indonesia



 oleh:
Teguh Eko Sutrisno, S.Kom.I


      Sekitar 34% penduduk kabupaten PALI masih berusia dibawah 15 tahun. Oleh karenanya kebutuhan yang urgent untuk disediakan adalah pangan, pendidikan dan kesehatan.  Ketiga hal tersebut adalah kebutuhan mendesak bagi penduduk usia muda seperti Bayi, Balita dan anak usia sekolah.

Pemenuhan gizi bagi 21.200 jiwa bayi, masih menjadi Pekerjaan Rumah yang harus diselesaikan. Belum lagi fasilitas kesehatan yang jauh dari cukup. Secara rasio, setiap 10.000 orang penduduk di PALI hanya tersedia 1 orang dokter, 3 orang perawat dan 2 orang bidan. Bahkan data yang bersumber dari BAPPEDA PALI, rasio jumlah fasilitas kesehatan cukup memprihatinkan. Dari setiap 10.000 orang hanya tersedia 1 puskesmas dan 1 Puskesmas pembantu. Sementara untuk fasilitas rawat inap, kapasitas tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Talang Ubi pada saat ini sekitar 4 tempat tidur untuk setiap 10.000 orang penduduk.

Data – data tersebut bila dibaca secara perlahan maka membuat kita khawatir. Pada satu sisi tingkat kelahiran dan jumlah penduduk muda sangat banyak. Sementara fasilitas dan tenaga kesehatan jauh dari cukup. Bila tidak diselesaikan, sama artinya kita menyengaja penduduk tidak tumbuh dan berkembang secara ideal. Mereka dibiarkan hidup tanpa sentuhan jaminan kesehatan. Bahkan ditambah lingkungan masyarakat yang kurang sadar akan kesehatan. Padahal Kesehatan fisik, perkembangan mental serta kecerdasan otak harus dimaksimalkan pada usia 0 – 15 tahun. Secara tidak langsung hal ini adalah ancaman bagi generasi muda.

Selanjutnya dengan data 34% penduduk PALI masih berusia muda (0-15 tahun), artinya sebagian besar penduduk PALI adalah mereka yang masih bergantung pada orang tua. Maka menjadi persoalan berikutnya adalah bagaimana tingkat kerentanan kepala keluarga dalam menafkahi para ibu dan anak. Seandainya kepala keluarga dengan alasan tertentu seperti sakit atau meninggal dunia, maka para penduduk usia muda akan beresiko mengalami guncangan kesejahteraan sosial. Tentu saja tak mungkin masalah ini bisa diselesaikan oleh satu orang. Butuh kerjasama baik dari pemerintah, masyarakat dan peran dunia usaha.

Pemerintah saat ini memang fokus pada pembangunan infrastruktur. Harapannya fasilitas kesehatan dan tenega kesehatan yang sudah ada bisa dimaksimalkan. Terutama daerah padat penduduk yakni kecamatan Tanah Abang (180 jiwa/km²) dan Kecamatan Talang Ubi (110 jiwa/km²). Penambahan fasilitas kesehatan hingga ke dusun-dusun, tenaga kesehatan yang tak kenal lelah melakukan sosialisasi hidup sehat. Bukan hanya pemerintah, Dunia Usaha/CSR Perusahaan juga dituntut tanggung jawab sosialnya. Setidaknya pada penduduk-penduduk yang tinggal di Ring-1 areal perusahaan. Begitu juga peran tokoh masyarakat yang mampu mengarahkan masyarakat agar sadar terhadap kesehatan. Semisal Sosialisasi Konsumsi ASI, Sosialisasi pola asupan kalori dan buah nan seimbang dan lain-lain.

Pendidikan yang belum diminati masyarakat.
            Cukup mencengangkan saat mengetahui bahwa 65,79 % penduduk PALI hanya lulusan Sekolah Dasar (Sumber BPS, diolah dari data Susenas 2013). Artinya motivasi masyarakat rendah dalam menyelesaikan sekolah, setidaknya sampai kelas menengah. Hampir rata-rata penduduk yang berlatar belakang agraris hanya berminat sampai tingkat Sekolah Dasar saja. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang berlatar belakang bekerja di Pertanian yang mencapai persentase 63,04%. Karena untuk bekerja di sektor agraris  tidak membutuhkan lulusan sekolah tinggi. Cukup dengan kemampuan ‘melek huruf’ bisa baca dan tulis. Apalagi bagi masyarakat yang hidup di sektor agraris tidak begitu tertarik pada kelas sosial. Karena bagi mereka hal yang mendesak adalah jaminan keamanan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Apabila urusan perut dan tempat hidup telah selesai, maka selesai sudah kebutuhan.
        
         Di beberapa tempat, semisal di Penukal Utara dan lainnya masih berjalan tradisi keluarga yang mendoktrin agar cukup menamatkan sekolah sampai Sekolah Dasar saja. Sehingga perlu adanya upaya penyadaran terhadap masyarakat akan pentingnya sekolah. Karena boleh jadi, rendahnya akses pendidikan bukan karena alasan ekonomi. Namun lebih karena kurangnya motivasi dari keluarga untuk bersekolah. Apalagi sampai ke perguruan tinggi, masih jauh untuk diperbincangkan. Maka tugas berat bagi kita untuk mewujudkan masyarakat yang kreatif dan inovatif bila sumber daya manusia kita masih enggan bersahabat dengan dunia pendidikan.

Mengurai Benang Kusut Kemiskinan
  
          Apabila ditilik dari jumlah penerima RASKIN di kabupaten PALI, yakni 10.012 Kepala keluarga. Dan jika diasumsikan menjadi jumlah jiwa, maka jumlah penduduk miskin kita berada pada persentase 20,6 %. Angka yang fantastis bila disandingkan dengan persentase nasional yang hanya berkisar 14% saja. Ada varian faktor yang menjadi bianglala kemisikinan ini.

            Pertama, dari sudut pandang pendapatan dan pengeluaran. Secara keseluruhan PDRB Perkapita tahun 2014 diperkirakan Rp. 30.587.959 per tahun per Kepala Keluarga. Artinya bila dibuat kalkulasi bulanan maka pendapatan perkapita penduduk PALI per bulan per Kepala Keluarga adalah sekitar Rp 2.500.000. Naik dua kali lipat lebih dari tahun 2010 yang hanya berkisar Rp.1.100.000 per bulan. Namun angka tersebut adalah angka perkapita bukan angka Riil door to door.

            Seperti yang telah disebutkan 63,04 % penduduk PALI bekerja di sektor agraris, terutama perkebunan karet. Maka pendapatan riil masyarakat sangat dipengaruhi oleh  naik-turun harga karet. Sedangkan kabar-buruknya harga karet saat ini cukup rendah berkisar Rp.5000 – Rp8.000,- Sehingga berdampak pada pendapatan masyarakat. Belum cukup sampai disitu. Masalah berikutnya adalah besarnya pengeluaran masyarakat. Setidaknya dikarenakan inflasi kenaikan BBM tahun lalu membuat harga kebutuhan naik ‘menggila’.

            Kedua, dari sudut pandang kesempatan kerja. Masih bertumpunya lapangan pekerjaan di sektor pertanian tidak mampu menjamin penambahan lapangan pekerjaan baru pada tahun-tahun ke depan. Maka, persoalannya pertambahan angkatan kerja terus melonjak, namun lapangan kerja tak kunjung meluas. Maka dibutuhkan pekerjaan yang bersifat padat karya sebagai solusi jangka pendek. Namun untuk solusi jangka panjang, sangat dibutuhkan keberanian membuka lapangan usaha di dunia ekonomi kreatif dan sektor jasa.

 Program Sosial, Langkah Awal Pengentasan Kemiskinan
            Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Pada tahun 2015, Dinas Sosial Kabupaten PALI menerima dana stimulan KUBE untuk 25 kelompok yang beranggotakan penduduk miskin. Sebagian besar kelompok binaan Dinas Sosial ini menjalankan usaha ternak, baik Lele ataupun kambing. Usaha ini harapannya dapat membantu masyarakat dalam menambah pendapatan sampingan. Program ini bertujuan untuk menambah peluang usaha masyarakat. Sekaligus mendidik mental hidup masyarakat agar mau berorganisasi, mengerti manajemen keuangan dan mengenal birokrasi perbankan. Sehingga, sekalipun program ini belum bisa menjamin peningkatan pendapatan. Setidaknya mencoba untuk mendidik jiwa entrepreneur secara perlahan-lahan.

           Kedua, Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini diperuntukkan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) / Keluarga Sangat Miskin (KSM). Tahun 2015 ini peserta program PKH Dinas Sosial PALI sudah mencapai 1.635 RTSM/KSM. Program ini  berupa bantuan sosial dalam bidang kesehatan dan pendidikan bagi warga miskin dengan sifat bersyarat. Program Bantuan Tunai Bersyarat ini tujuannya agar tidak memanjakan masyarakat terhadap bantuan pemerintah. Karena bantuan akan diberikan apabila keluarga sangat miskin tersebut bersedia memenuhi persyaratannya. Semisal rutin memeriksakan anaknya ke puskesmas. Kemudian menjamin anaknya masuk sekolah di atas 75% dll. Apabila persyaratan itu tidak dipenuhi, maka bantuan akan dihentikan. Hal ini agar menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kesehatan.

Harapan Jangka Panjang Pengentasan Kemiskinan
            Sengkarut persoalan kemiskinan telah menjadi benang kusut. Maka untuk mengurainya, diperlukan kerjasama banyak pihak. Alangkah beratnya, jika semua dibebankan pada Dinas Sosial. Oleh karenanya masyarakat, Dunia Usaha, Korporasi dan lintas sektor lainnya harus mengetahui tentang persoalan kemiskinan ini. Baik tentang pemetaan, kondisi, strategi dan kendala yang dihadapi dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten PALI. Karena tanggung jawab ini butuh uluran tangan semua pihak untuk menyelesaikannya.

Sebagai gambarannya, dalam salah satu strategi pengentasan kemiskinan. Dibutuhkan strategi yang benar-benar tepat sasaran. Semisal dalam strategi jangka pendek. Bagaimana untuk menambah pendapatan, mengurangi pengeluaran, menambah lapangan kerja, proyeksi dunia usaha di bidang ekonomi kreatif dan jasa, jaminan sosial bagi pencari nafkah dan sebagainya. Selanjutnya dalam strategi jangka panjang. Bagaimana strategi membangun sumber daya manusia. Juga tak kalah pentingnya membangun lingkungan sosial dan ekonomi yang mendukung.

 oleh: Teguh Eko Sutrisno, S.Kom.I       Sekitar 34% penduduk kabupaten PALI masih berusia dibawah 15 tahun. Oleh karenanya ke...
Teguh Estro Kamis, 08 Oktober 2015