Menu
Teguh Indonesia

Menggagas Kepemimpinan Khas Jogjakarta

Oleh: Teguh Estro


Kota Ngayogyakarta lahir dari peristiwa sejarah. Perjanjian Gianti pada tahun 1755 memaksa Kesultanan Mataram rela membagi kekuasaannya menjadi dua bagian. Sebagian masih dikuasai kesultanan Surakarta dan sebagian lagi menjadi milik kekuasaan pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa diberi nama kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Adapun daerah kekuasaannya adalah kota Ngayogyakarta sebagai ibu kota dan beberapa daerah mancanegara mataram lainnya.

Setiap membincangkan sejarah kota Yogyakarta, tentu tidak terlepas dari sejarah kepemimpinan tanah jawa. Dan pastinya memiliki ke-khas-an tersendiri tinimbang daerah lainnya di Indonesia. Salah satu yang paling kental yakni adanya peranan falsafah adat budaya yang mempengaruhi model kepemimpinan di kota Yogyakarta ini. Dalam falsafah jawa kuno, seorang pemimpin bukanlah sekedar pengatur saja. Akan tetapi dia adalah Titisan Saking Sang Hyang widhi di tanah jawa. Atau setelah berasimilasi dengan dunia Islam, sebutan itu berganti dengan Khalifatullah ing tanah jawi. Sehingga tidak jarang apapun yang dilakukan oleh seorang pemimpin tentu akan benar-benar menjadi bakti oleh rakyatnya. Tradisi falsafah tersebut terus diyakini sesuai dengan perkembangan zamannya.

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi bagian NKRI dengan nama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan tentu saja sebagai ibu kota dari kerajaaan, Kota Ngayogyakarta turut menjadi bagian dari NKRI dengan nama Kotamadya Yogyakarta. Dan kini model kepemimpinan di kota Yogyakarta juga mengikut konstitusi NKRI dengan Walikota sebagai pimpinannya. Begitupun lembaga lainnya semisal adanya DPRD, lembaga peradilan dsb. Tentu saja perubahan wajah itu ikut mempengaruhi kian tenggelamnya model khas kepemimpinan dan pemerintahan ala pribumi. Sehingga perlu digali kembali bagaimana model kepemimpinan khas ala Yogyakarta. Sebagaimana sejarah bumi Mataram yang tidak terlepas dari pengaruh Islam dalam pemerintahannya.

Teguh Indonesia

Tidak ada komentar