Menu
Teguh Indonesia

Pelajaran Sejarah Dihapus Saja

oleh: Teguh Estro*


Betapa muaknya para siswa tatkala bel berbunyi dan memasuki pelajaran sejarah di kelas. Pasalnya mereka kudu mencatat dan menghapal kejadian di masa lalu yang tidak tahu apakah dulu benar-benar pernah terjadi. Belum lagi harus mengingat semua tanggal dan tahun setiap peristiwa yang membosankan tersebut. Bukan itu saja catatan buku sejarah yang tebal itu setiap tahunnya pasti akan bertambah jumlah peristiwanya. Dan lengkap sudah kejenuhan para siswa saat bertemu dengan guru sejarah yang selalu ‘ceramah’ dan mebosankan. Maka patutlah dipertanyakan untuk apa mata pelajaran sejarah tetap dipertahankan. Segera hapus saja, daripada menambah beban anak didik di dunia sekolah.

            Bung Karno pernah berpesan “JAS MERAH”, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Pesan sang proklamator ini sangat layak untuk digali. Idealnya dengan mempelajari sejarah, seorang manusia mampu mengambil pelajaran yang melimpah dari kejayaan bangsa di masa lalu. Sekaligus bisa mengambil pelajaran agar tidak tergelincir dua kali dalam kekeliruan umat manusia di masa lalu. Namun jebule pelajaran sejarah hanya terjebak pada hafalan ansich. Semisal dalam pembahasan sejarah perang kemerdekaan. Siswa dipaksa menghafal nama-nama lokasi peperangan, tanggal, tahun, nama jenderal belanda, jumlah prajurit sampai jumlah korban perang. Lantas untuk apa menghafal itu semua? Contoh lain dalam pembahasan sejarah Perang Dunia. Mau tidak mau, siswa terpaksa menghafal lagi nama-nama perjanjian, lokasi peperangan, jumlah negara, hingga tokoh-tokoh peperangan beserta gelar-gelarnya. Dan bisa dijamin setelah ujian selesai, maka hafalan akan musnah begitu saja. Maka yang patut dipertanyakan apa manfaat belajar sejarah bagi anak bangsa?

            Sejarah hidup manusia bukanlah sekedar kumpulan tulisan yang hanya berguna menjelang ujian nasional saja. Jejak rekam seseorang, apalagi dia tokoh besar tentu bisa menjadi inspirasi bagi insan lainnya. Seumpama jenderal Sudirman yang menjadi inspirasi bagi banyak pahlawan lainnya. Maka yang harus dipelajari adalah motivasi dahsyat apa yang ada di dada seorang ‘Sudirman’ hingga ia berjuang begitu gigih. Seorang pemuda cengkring namun punya keberanian dan kecerdasan strategi perang yang hebat. walau hidup dalam pesakitan hingga akhir hayatnya, namun jiwa pengorbanannya tetap menggelora. Dan tahap selanjutnya mampukah pemuda di zaman sekarang meminjam semangat dari seorang ‘Dirman Muda’ di masa lalu. Toh, secara fisik, kita dan beliau tidaklah berbeda. Justru pemuda di zaman sekarang jauh lebih sehat dan bugar dibandingkan Jenderal Sudirman. Sudahkah kita ‘menyumbangkan’ keringat dan darah pengorbanan bagi bangsa ini seperti beliau dulu? Sudahkah kita berjuang untuk negara ini hingga tubuh kurus kering dan sakit-sakitan? Idealnya dengan membaca lembaran sejarah hidup seorang tokoh sehebat Sudirman mampu membakar semangat kebangsaan kita. Namun realitanya para anak didik justru muntah dengan bertumpuknya hafalan-hafalan tentang Sudirman. Siapa bapaknya, ibunya dimana lahirnya, siapa pacarnya, dan hafalan-hafalan konyol lainnya.

            Haruskah tradisi pelajaran sejarah terus identik dengan pelajaran membosankan. Jangan sampai generasi yang akan datang mengeluhkan hal yang serupa. Sudah saatnya meletakkan sejarah pada tempatnya di dalam dunia pendidikan. Penulis sangat merindukan adanya ekstrakulikuler di sekolah-sekolah yang konsen membedah hikmah di balik sejarah umat manusia. Bukan hanya itu hingga dilakukan penelitian tentang kebenaran teks-teks tertulis yang telah berbentuk buku pelajaran sejarah saat ini.

            Seorang penngajar sejarah juga begitu urgent untuk disoroti. Bagaimana mungkin seorang siswa bisa bersemangat belajar sejarah jika pengajarnya begitu konservatif. Terkadang tugas seorang guru sejarah hanyalah datang mengabsen kelas, lantas memberikan catatan berlembar-lembar, lalu mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan selesai pulang. para siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpikir “kenapa kami harus mempelajari ini..?” dan tehnik yang disampaikanpun lagi-lagi hanya ‘parade ceramah’ di depan siswa. Sudah saatnya seorang guru mampu menjelaskan kenapa harus menengok sejarah sebagai mata pelajaran penting. Bagaimana seorang guru mampu mentransformasikan semangat pelaku sejarah di masa lalu dan ditularkan dalam konteks kekinian. Pun berkaitan metode pengajaran, sudah saatnya digunakan metode selain ‘ceramah’ dan Hafalan. Bisa dengan melakukan studi tokoh, study tour ke museum dan  masih banyak lagi. Setidaknya menampilkan kesan bahwa di balik lembaran kertas sejarah, terdapat pelajaran hidup yang beragam hikmahnya. Selamat mengajar sejarah…!

5 komentar

  1. nah,,jika kita meninggalkan sejarah,,oh anak bangsa menjadi lupa akan sejatinya negara ini

    BalasHapus
  2. manusia tanpa sejarah bagai wajah tanpa nama. Suatu bangsa tanpa memahami sejarah bangsanya, bagai orang buta yang kehilangan tongkatnya

    BalasHapus
  3. Kata penulis "Maka yang patut dipertanyakan apa manfaat belajar sejarah bagi anak bangsa?"

    Sejarah sangat penting, supaya tidak gampang terpengaharuh oleh bangsa lain yang ingin menghancurkan Indonesia sedikit demi sedikit. Dengan sejarah orang akan lebih erat ketika melihat kebelakang. Memang dengan pikiran pendek hanya menghafal saja untuk peserta didik tetapi efeknya nanti jika sudah dewasa mungkin saja jiwa patriot untuk membela negara akan timbul karena dia tau sejarah, bahwa kemerdekaan indonesia ini sangat susah.

    Kata Penulis "Terkadang tugas seorang guru sejarah hanyalah datang mengabsen kelas, lantas memberikan catatan berlembar-lembar, lalu mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan selesai pulang"

    Apakah yang seperti itu penulis? yang di katakan penulis di atas contoh pendidik yang tidak kompeten, seharusnya lihat RPP yang baik.

    Ingatlah Indonesia saat ini sebenarnya sedang terpuruk dan serbu bangsa lain. Mulai dari investor yang menguasai saham, pelajaran sejarah di hapus, kolom agama di ktp akan dihilangkan sebenarnya itu cara untuk menghilangkan jati diri indonesia sedikit demi sedikit.

    BalasHapus
  4. Semua negara punya sejarah . Toh di negara tersebut tak pernah merengek sejarah itu tak ada guna .
    Sejarah itu adalah perjuangan orang" sebelum kita merebutkan kemerdekaan , kebebasan . Kita seharusnya berbahagia cuma menghafal bukan berjuang sampai mati untuk mendapatkan . Kita hanya MEMPERTAHANKAN kemerdekaan yang didapat . Apa guna sejarah ? Banyak . Mengapa Pak Soekarno membuat pidato JASMERAH ? Karena beliau ingin kita untuk terus memperingati kesusahan para pahlawan kita demi kita dan JIKA sejarah menghilang bagaikan angin , APA ARTINYA MEREKA ? APA ARTINYA KITA MEMBERINGATI HARI ULANG TAHUN NEGARA KITA SENDIRI ? APA ARTINYA 10 NOVEMBER DAN LAIN LAIN BAGI NEGARA INI ? Sejarah itu susah , akupun sebagai murid merasakan kesusahan itu . Tetapi kesusahan itu membuatku tau apa yang terjadi dahulu

    BalasHapus
  5. Alquran aja sebagian besar menceritakan sejarah umat terdahulu, kok indonesia menurut anda ngga perlu pelajaran sejarah. Amerika saja sangat ingin punya sejarah , italy sangat bangga dengan romawinya. Indonesia yang kaya akan sejarah masa lalu menurut anda dilupakan saja. Bagaimana bisa menjadi negara yg besar kalo generasi nya tidak mengenal sejarah indonesia. Coba anda pikir kembali sebelum menulis

    BalasHapus