Menu
Teguh Indonesia

Kanjeng Nabi 'Hadir' Lagi

oleh : Teguh Estro


Hal yang luar biasa terjadi saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Menjelang hadirnya beliau ke dunia ini, simbol-simbol kebatilan seolah tertundukkan. Seperti padamnya api yang menjadi sesembahan orang-orang Majusi. Padahal sebelumnya dikenal sebagai api abadi yang tak pernah padam. Pun kejadian hebat terjadi pada pasukan gajah yang hendak menggempur kakbah. Prajuri-parjurit Abrahah luluh lantak diserbu gerombolan pasukan burung Ababil dari langit. Padahal dengan perencanaan yang matang semestinya pasukan dari Yaman itu bisa dengan mudah melindas kakbah. Namun Allah berkehendak lain, tentu saja hal ini untuk menghormati kelahiran kekasihNya Saw.

12 Rabiul awal pada masa lalu setidaknya menjadi refleksi bagi umat Islam saat ini. Masa modern ini kebatilan kian merajalela di kalangan umat Muhammad Saw. Sebut saja, memuncaknya korupsi, bandar narkoba, sindikat pembunuhan, yang kesemuanya ada di sekitar kita. Dengan peringatan-peringatan Maulid Nabi di masyarakat saat ini, seharusnya membawa spirit anti kebatilan. Karena saat kelahiran Nabi Saw seolah alam raya bersatu dalam spirit yang sama untuk meluluhlantakkan simbol-simbol kebatilan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Rasul Saw memang terlahir istimewa. Namun bukan itu saja, setiap jejak hidupnya adalah pelajaran bagi umat manusia. Termasuk bagi bangsa Indonesia yang tengah membutuhkan sosok tauladan. Bangsa yang dulu pernah hebat ini benar-benar tengah mencari model kepribadian yang terbukti ketangguhannya. Model kepribadian yang dicontohkan beliau sangatlah cocok diterapkan menjadi kurikulum hidup masyarakat Indonesia. Sejak masa penjajahan sebenarnya nilai-nilai perjuangan nabi Muhammad Saw telah mendarah daging dalam jiwa anak bangsa. Kegigihan Rasulullah tercermin saat perjuangan pahlawan Indonesia mengusir penjajah dengan mempertaruhkan nyawa. Spirit juang Muhammad SAW muda seolah ‘hadir’ membersamai peperangan bocah-bocah nusantara dalam merebut kemerdekaan. Ayunan pedang Rasul saw menjadi inspirasi setiap bambu runcing yang menancap ke tubuh penjajah nusantara. Maka bolehlah jika kita sebut perang 10 November sebagai ‘perang badar’ bagi umat Islam Indonesia.

“Maju tak gentar membela yang benar…” seringkali anak-anak SD menyanyikan lagu nasional ini di setiap upacara bendera. Sebenarnya Nabi Saw telah mengajarkan ini jauh 14 abad sebelumnya. Bagaimana keberaniannya beliau saat memimpin perang Hunain. Muhammad agung maju ke barisan terdepan saat pasukan muslim terpukul mundur. Dan hanya menyisakan beliau di depan pasukan musuh bersama 6 orang sahabat lainnya. Tidak ada rasa gentar menghadapi ribuan musuh dengan tombak, panah dan pedang yang siap menghujam dirinya. Karena Muhammad Saw hanya takut pada Allah Swt. Seperti halnya bangsa Indonesia ‘tempo dulu’ yang sudah terbiasa hidup dalam perjuangan tangguh. Ingat, ketika Spanyol dan Portugis datang ke Nusantara. Mereka kesulitan melunturkan kultur berjuang masyarakat Nusantara. Pun saat Inggris dan Belanda menjajah dari Sabang sampai Merauke, sontak bangsa Indonesia melawan penuh semangat. Itulah spirit yang diajarkan kanjeng Nabi Saw untuk selalu tegar dan berani membela kebenaran. Karena tidak ada yang perlu ditakuti di dunia ini keculi gusti Allah Swt.

Pasca kemerdekaan ini setidaknya masyarakat Indonesia bisa belajar bahwa sejak dulu memang bangsa Indonesia terbiasa mentauladani semangat juang Muhammad Saw. Namun ketika penjajahan fisik berlalu, seolah spirit untuk mengamalkan ajaran Nabi Saw kian surut. Banyaknya kasus korupsi menghinggapi para pejabat sangatlah bertentangan dengan ‘motto’ hidup Muhamad Saw. “ Sesungguhnya Kejujuran itu mendekatkan pada kebaikan. Dan kebaikan itu mendekatkan pada Syurga”. Bukan sekadar omong kosong, tetapi beliau betul-betul mengamalkan ucapannya itu. Bahkan beliau tak segan-segan hendak memotong tangan Fatimah R.ah, jika anaknya tersebut terbukti melakukan pencurian. Itulah Muhammad Saw yang tak pernah gentar membela yang benar.

Keteguhan dan keseriusan Nabi dalam melawan ketidakjujuran seharusnya bisa mengilhami para penegak hukum Indonesia. Perjuangan mengusut kasus korupsi adalah sunah nabi yang tentunya bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah. Siapapun itu, DPR, KPK, POLRI, Kejaksaan bahkan Presiden sekalipun harus berjibaku mengamalkan sunnah nabi ini dengan menghadirkan kembali semangat beliau untuk menegakkan nilai-nilai kejujuran. Wujud meneladani nabi Muhammad Saw adalah dengan memperbaiki akhlaq diri. Karena diutusnya beliau tidak lain adalah untuk memperbaiki akhlaq manusia, termasuk manusia Indonesia.

Bangsa ini tidak akan pernah kehabisan contoh jika membincangkan degradasi moral. Hampir setiap hari peristiwa pembunuhan dan perkosaan menghiasi layar televisi. Belum lagi narkoba yang kini menjadi ‘jajanan’ sehari-hari pelajar Indonesia. Pun demikian dengan kasus korupsi yang kian menjengkelkan masyarakat. Betul-betul bangsa ini patut malu kepada junjungan Nabi saw, karena ngaku-ngaku sebagai umatnya namun tetap berprilaku jahili. Setidaknya jika tidak bisa memperbaiki akhlaq orang lain, maka mulailah dari diri sendiri untuk bersikap mulia. Akhlaq seorang pemimpin adalah setia pada kebenaran dan mengayomi rakyatnya. Dan Akhlaq seorang rakyat adalah menaati pemimpinnya, selama tetap dalam kebenaran.

Tidak ada komentar